Pilih Mana: Beli Saham Yang Lagi Naik atau Lagi Turun?

Di bulan Agustus 2015 saya men-survey pembaca blog ini dengan pertanyaan berikut:

Pilih Mana:

1. Beli saham yang lagi naik.
2. Beli saham yang lagi turun.
3. Beli saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Total 161 suara masuk (terima kasih untuk semua yang meluangkan waktu memilih) dengan hasil sebagai berikut:

42% (68 suara) memilih beli saham yang lagi naik
53% (85 suara) memilih beli saham yang lagi turun
5% (8 suara) memilih beli saham yang tidak-naik-tidak-turun


Terus terang, saya sedikit terkejut dengan hasil ini.

Sebelum melakukan survey, saya berasumsi bahwa mayoritas mutlak (75% atau lebih) pemain saham lebih suka membeli saham yang lagi turun.

Mengapa saya berasumsi begitu?

Karena selama ini, HAMPIR SEMUA pembaca blog yang bertanya dan mayoritas orang yang saya kenal lebih tertarik membeli saham yang lagi turun. (Ini mungkin karena manusia pada umumnya mengidentikkan harga turun sebagai "murah.")

Tapi rupa-rupanya asumsi saya salah.

Ternyata banyak juga orang yang tidak takut membeli saham yang lagi naik.

Ternyata juga, (relatif) banyak juga orang yang memilih saham yang tidak-naik-tidak-turun. (Asumsi saya: hanya 1%atau kurang— yang memilih saham tidak-naik-tidak-turun.)

Nah, sampai di sini mungkin ada beberapa pembaca yang bertanya,"Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya saya beritahukan pilihan saya.

Saat baru mulai main saham dan belajar analisa fundamental, saya lebih suka membeli saham yang sedang turun yang saya anggap murah. Hasilnya: rugi besar.

Kemudian saya beralih mendalami analisa teknikal dan mencoba membeli saham yang sedang naik. Hasilnya: jauh lebih baik daripada membeli saham yang lagi turun.

Jadi sekarang ini—setelah mencoba kedua pilihan tersebut—saya memilih membeli saham yang lagi naik.

Sekarang kembali ke pertanyaan "Jadi, sebenarnya mana yang benar: beli saham yang naik, yang turun, atau yang tidak-naik-tidak-turun?"

Jawaban saya:

Membeli saham yang lagi naik tidak salah.

Membeli saham yang lagi turun juga tidak salah.

Membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun juga sah-sah saja.

Lho? Kok tidak ada yang salah?

Iya. Karena hal di atas adalah tentang pilihan. Dan setiap orang punya preferensi masing-masing.

Kalau anda suka masakan pedas, teman anda suka masakan manis, sedangkan saya suka masakan masam, kita bertiga tidak salah. Demikian juga dengan saham: ada yang suka membeli saham yang lagi naik, ada yang suka membeli saham yang lagi turun, ada yang suka membeli saham yang tidak bergerak. Dan semuanya tidak salah.

Jadi, maksud bung Anonim ketiga-tiganya baik?

Nah, tidak salah tidak serta-merta berarti baik.

Mengapa?

Karena ada kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi naik. Ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang lagi turun. Dan—boleh percaya boleh tidak—ada juga kondisi dan saat tertentu di mana lebih baik membeli saham yang tidak-naik-tidak-turun.

Apa artinya?

Artinya setelah anda tahu pilihan andabeli saham yang lagi naik, beli saham yang lagi turun, atau beli saham yang tidak-naik-tidak-turun—anda sebaiknya membeli saham hanya pada kondisi dan saat yang sesuai.

Jadi, PR (pekerjaan rumah) anda adalah untuk menyelidiki dan mencari tahu kondisi dan saat yang sesuai dengan pilihan anda.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2015 oleh Anonim terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    TTM YTD dan Annualized Pada Laporan Keuangan

    Analisis Fundamental Top Down Apporoach

    Gambaran Umum Laporan Laba Rugi atau Income Statement