Mengapa Tidak Mudah Melakukan Cut-Loss?

It doesn't take a lot of strength to hang on; it takes a lot of strength to let go.  -J.C. Watts

[Tidak perlu banyak tenaga untuk membiarkan; perlu banyak tenaga untuk melepaskan.]

Ketika mengucapkan kalimat di atas, saya tidak tahu J.C. Watts berbicara dalam konteks apa. Tapi saya rasa sih ia tidak sedang berbicara tentang main saham.

Tapi...kalimat tersebut penting juga diresapi pemain saham.

Mengapa?

Karena dalam konteks main saham, kalimat mutiara J.C. Watts di atas bisa berbunyi: tidak perlu banyak tenaga untuk membiarkan saja saham yang rugi tapi perlu banyak tenaga untuk melepaskan (cut-loss) saham tersebut.

Nah, kalau anda belum pernah main saham, anda mungkin berpikir bahwa cut-loss adalah sesuatu yang mudah. Saham turun sampai harga tertentu, langsung jual. Apa susahnya ya?

Tapi faktanya adalah MAYORITAS pemain saham tidak mau dan tidak rela cut-loss.

Kalau posisinya rugi, mayoritas pemain saham berharap harga saham akan naik sehingga rugi tersebut berbalik jadi untung. Kalaupun tidak untung, ia berharap setidak-tidaknya posisi rugi tersebut bisa kembali balik modal alias impas.

Tapi faktanya juga adalah kalau posisi sudah rugi di atas 10%—dan anda hanya menunggu dan tidak melakukan aksi lain—(relatif) KECIL kemungkinan posisi rugi tersebut berubah menjadi impas. Semakin besar persentase ruginya, semakin kecil kemungkinan untuk bisa impas. Semakin lama posisi rugi tersebut dibiarkan, semakin mengecil lagi kemungkinan untuk bisa impas. Apalagi untung.

Kalau faktanya seperti itu, mengapa mayoritas pemain saham TETAP tidak mau dan TETAP tidak rela cut-loss?

Silahkan baca sekali lagi kalimat mutiara J.C. Watts di atas:

It doesn't take a lot of strength to hang on; it takes a lot of strength to let go.

Tidak perlu banyak tenaga/energi untuk membiarkan saja saham yang rugi. Perlu BANYAK tenaga/energi untuk rela meng-cut-loss saham yang rugi tersebut.

Jadi, tidak heran kalau mayoritas pemain saham rugi (karena membiarkan rugi yang kecil membengkak menjadi besar). 

Apakah anda punya saham yang posisinya rugi tapi anda tidak rela cut-loss? Atau mungkin anda sudah sering tidak mau cut-loss dan hasilnya kerugian anda makin besar?

Kalau jawaban anda adalah "iya" dan "iya," silahkan memilih: apakah lebih baik tidak mengeluarkan tenaga untuk cut-loss tapi modal anda habis, atau mengeluarkan tenaga untuk cut-loss agar anda bisa bertahan untuk terus belajar main saham?

Ingat: anda HARUS mengeluarkan banyak tenaga/energi untuk melakukan cut-loss. Tapi kalau anda tidak mau mengeluarkan tenaga/energi untuk cut-loss, karier anda sebagai pemain saham tidak akan bertahan lama.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2016 oleh Anonim terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TTM YTD dan Annualized Pada Laporan Keuangan

Jangan Beli Saham "Aman"

Mau Untung Main Saham? Harus Konsisten