Mengapa Satu Saham Saja di Portofolio?
Di pos "Cara Belajar Main Saham: 1 Saham Saja di Portofolio" saya tulis bahwa Gerald M. Loeb menyarankan pemula untuk hanya punya 1 (satu) saham (emiten) saja di portofolio.
Mengapa?
Gerald M. Loeb memberikan beberapa alasan:
1. Ordinarily, new investors buy one stock after another, and should the market go down, the lose on the whole position before they realize their inexperience.
Biasanya, investor pemula membeli lebih dari satu saham dan seandainya pasar sedang turun, mereka merugi dari semua saham tersebut sebelum menyadari ke-tidakberpengalaman mereka.
2. A purchaser of a single stock under this plan is forced to a decision whether to keep it, take a loss or a profit, or exchange it for another.
Orang yang membeli hanya satu (jenis) saham dengan nilai kecil diharuskan memutuskan untuk tetap memegang saham tersebut, jual rugi/untung, atau mengganti saham tersebut dengan saham lain. Dengan kata lain, kalau sampai rugi, ruginya (seharusnya) tidak besar.
3. It is quite different, and many times more valuable in teaching market technique, than the imaginary "paper transactions" in which many tyros indulge. The latter are completely lacking in testing investors' psychological reactions stemming from such important factors as fear of loss, or greed for more gain.
Membeli dan memegang satu (jenis) saham adalah proses belajar yang jauh lebih baik daripada "transaksi simulasi" (transaksi tanpa mempertaruhkan uang sesungguhnya alias transaksi pura-pura) yang sering digeluti pemula. "Transaksi simulasi" tidak memberi pelajaran berharga reaksi psikologis seperti takut rugi atau nafsu untuk untung lebih banyak.
4. This method also teaches that if there is no one outstanding purchase or sale at the moment, one should strive to be out of the picture entirely.
Metode "Satu Saham Saham di Portofolio" juga mengajarkan bahwa kalau tidak ada saham yang layak dibeli, lebih baik tidak punya saham sama sekali.
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2020 oleh Anonim terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Mengapa?
Gerald M. Loeb memberikan beberapa alasan:
1. Ordinarily, new investors buy one stock after another, and should the market go down, the lose on the whole position before they realize their inexperience.
Biasanya, investor pemula membeli lebih dari satu saham dan seandainya pasar sedang turun, mereka merugi dari semua saham tersebut sebelum menyadari ke-tidakberpengalaman mereka.
2. A purchaser of a single stock under this plan is forced to a decision whether to keep it, take a loss or a profit, or exchange it for another.
Orang yang membeli hanya satu (jenis) saham dengan nilai kecil diharuskan memutuskan untuk tetap memegang saham tersebut, jual rugi/untung, atau mengganti saham tersebut dengan saham lain. Dengan kata lain, kalau sampai rugi, ruginya (seharusnya) tidak besar.
3. It is quite different, and many times more valuable in teaching market technique, than the imaginary "paper transactions" in which many tyros indulge. The latter are completely lacking in testing investors' psychological reactions stemming from such important factors as fear of loss, or greed for more gain.
Membeli dan memegang satu (jenis) saham adalah proses belajar yang jauh lebih baik daripada "transaksi simulasi" (transaksi tanpa mempertaruhkan uang sesungguhnya alias transaksi pura-pura) yang sering digeluti pemula. "Transaksi simulasi" tidak memberi pelajaran berharga reaksi psikologis seperti takut rugi atau nafsu untuk untung lebih banyak.
4. This method also teaches that if there is no one outstanding purchase or sale at the moment, one should strive to be out of the picture entirely.
Metode "Satu Saham Saham di Portofolio" juga mengajarkan bahwa kalau tidak ada saham yang layak dibeli, lebih baik tidak punya saham sama sekali.
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini ©2020 oleh Anonim terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Komentar
Posting Komentar