Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Analisa Saham a la Benjamin Graham. Perlukah?

Gambar
This idea that owning stocks in good companies will pay off eventually has become an article of faith for modern investors, big and small. Loeb disagrees with it. Ide memegang saham perusahaan bagus suatu saat pasti menghasilkan untung telah menjadi keyakinan utama investor modern, besar dan kecil. Loeb tidak setuju dengan ide ini. To Loeb, the stock market is too fickle and too irrational to provide any security to the rational stockpicker who buy stocks on the company's merits. Analyzing companies a la Graham is as useless as giving medical check-ups to soldiers in the foxholes—with all the mortars being lobbed in, their vital signs tell you nothing about their chances for survival. Bagi Loeb, bursa saham terlalu berubah-rubah dan terlalu tidak rasional untuk memberikan rasa aman bagi pemilih saham rasional yang membeli saham berdasarkan nilai-nilai perusahaan. Menganalisa perusahaan dengan cara (Benjamin) Graham adalah sama tidak bergunanya seperti melakukan check-up medis pada

Trader Saham Cepat vs. Beli-Pegang-Terus

Gambar
In 1935, when Gerald Loeb wrote his memorable book, investors could be divided into two main camps: the Buy-Holders and the Skittish Trader. . . Pada tahun 1935, ketika Gerald Loeb menulis buku The Battle for Investment Survival , pemain saham dapat dibagi dalam dua kubu utama: para Beli-Pegang dan para Trader Cepat. . . In Loeb's day, the Skittish Traders had a much larger following than the Buy-Holders, with Loeb as the principal spokesperson for moving in and out of the stock market: cutting losses, taking the profits and running, and getting out while the getting was good. Saat itu, Trader Cepat lebih banyak jumlahnya daripada para Beli-Pegang, dengan Loeb sebagai pemrakarsa utama untuk keluar masuk dari pasar saham: cut loss, ambil untung dan kabur, dan jual saat kondisi sedang bagus. --John Rothchild di Foreword buku The Battle for Invesment Survival Pos-pos yang berhubungan: Faktor Kesuksesan Investor/Pemain Saham Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? [Pos ini

Memahami Owner Earning

Kita sering mendengar, belilah perusahaan yang memiliki bisnis yang menguntungkan. Bagaimana kita mengetahui suatu bisnis menguntungkan atau tidak? Apakah dari Earning Per share atau Free Cash Flow? Earning Per Share memiliki kelemahan ketika kita membandingkan perusahaan dengan aset besar dengan perusahaan aset kecil. Itu tentu kurang tepat digunakan karena perusahaan dengan aset besar tentu lebih mudah menghasilkan EPS Rp 100 dibandingkan perusahaan aset kecil. Free Cash Flow juga bukan indikator yang sempurna untuk digunakan, karena ada bisnis yang membutuhkan modal besar diawal dan sangat kecil di tahun-tahun berikutnya. (bisnis properti). Dan ada perusahaan yang membutuhakan modal yang sama besarnya setiap tahun (bisnis makanan). Bisnis yang kelihatan menguntungkan bisa saja labanya tergerus oleh modal usaha. Sehingga belanja modal menjadi salah satu indikator yang sebaiknya diperhitungkan oleh setiap investor. Warren Buffet sendiri menggunakan apa yang dia sebut Earning Owner unt

Faktor Kesuksesan Investor/Pemain Saham

What success investors eventually have is governed by their abilities, the stakes they possess, the time they give to it, the risks they are willing to take and the market climate in which they operate. Sukses (para) investor tergantung pada kemampuan diri, modal yang mereka miliki, waktu yang mereka curahkan, resiko yang berani mereka ambil, dan iklim pasar saat mereka beraksi. --Gerald M. Loeb di buku The Battle for Investment Survival  Pos-pos yang berhubungan: Main Saham Cara Nicholas Darvas [Pos ini © 2019 oleh Anonim terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Cara Analisis Manajemen Perusahaan

Gambar
Menilai Manajemen Perusahaan bisa dikatakann sedikit rumit karena bersifat kualitatif sehingga pendapat antara satu analis dengan analis lain sangat mungkin berbeda. Disini penulis mencoba ini terinpirasi dari  motode penilaian manajemen di buku Warren Buffet Way karya G Hamstrong.  Tidak peduli sebagus apapun bisnis yang dijalankan, bila manajemennya tidak kompeten, perusahaan akan sulit untuk berkembang. Secara garis besar manajemen perusahaan dapat dinilai menjadi 3 indikator utama. Manajemen Rasional , Rasional disini mengacu pada keputusan manajemen dalam menggunakan modal usaha atau aset allocation. Permasalahan ini biasa ditemui pada perusahaan yang matang, dimana perusahaan menghasilkan cash lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk menjalankan usahannya. Kondisi seperti ini memberi 2 pilihan pada manajemen. 1 menggunakan dana berlebih untuk modal usaha dan pilihan 2 membaginya kepada pemegang saham. Pilihan pertama rasional apa bila perusahaan bisa menghasilkan return di atas ra